Esai Satire oleh Harri Safiari
“Di Negeri Konoha Raya, minyak bukan lagi sumber energi, tapi sumber euforia bagi mereka yang pandai mencium peluang di tengah aroma energi hedon penuh sikut-menyikut.”
ALGIVON.ID – Di warung kecil bernama Warkop Hati Nurani, dua sosok duduk di pojok: Korupsinikus — makhluk separuh insaf, separuh kenangan buruk birokrasi — dan Rubi, aktivis anti-korupsi yang hidupnya tekor tapi hatinya tak pernah kendor.
“Rubi, tahu kenapa minyak bumi disebut sumber energi?” tanya Korupsinikus sambil menyeruput kopi hitam — pahitnya pas, tapi niatnya setengah matang.
Rubi menjawab dengan mata lelah dan napas idealisme yang makin megap-megap:
“Karena dari minyak lahir listrik, jalan, dan… pembenaran moral yang licin?”
Korupsinikus tergelak.
“Tidak, Nak. Karena dari minyak, pejabat belajar cara menyelinap. Dari ladang minyak, mereka menemukan tambang moral.”
Uang yang Bisa Membangun 96.850 Sekolah, tapi Tak Satupun Akal Sehat
Di koran pagi itu, headline-nya sontak berteriak:
“Dugaan Korupsi Minyak Mentah: Kerugian Negara Rp968,5 Triliun.”
Rubi bergumam lirih, “Uang sebanyak itu bisa bangun sekolah, rumah sakit, jalan raya, bahkan masa depa, termasuk lembaga pendidikan kejujuran nan tulus ikhlas.”
Korupsinikus menyahut santai,
“Ah, di Konoha Raya, masa depan justru proyek paling sering bocor. Kalau uang itu tak dikorup, para pejabat bingung mau kerja apa coba?”
Dari pojok warkop, Prof. Paradox — guru besar etika dengan gaji setara penghapus papan tulis — ikut nimbrung:
“Kalau uang segitu dibikin sekolah, bisa 90 ribu unit berdiri. Tapi percuma, nanti yang mengajar malah alumni pelatihan korupsi berjamaah yang saling menutupi, dan mengkambinghitamkan kalangan yang jujur serta welas asih.”
Lalu datang Nyai Inflasi yang berdandan camerok, mantan bendahara partai yang kini menjual rempah moral di pasar malam.
“Aku sudah bilang, Rubi. Tambang emas habis, batubara menipis, tinggal tambang akal sehat yang tak pernah digarap.”
Suara-suara dari Negeri Tanpa Cermin
Pak Auditor Gaib: “Kami tak menemukan bukti kerugian negara, hanya kehilangan akal sehat dan nurani. Itupun hanya seuprit!”
Bu Birokrat Pensil Tebal: “Bukan korupsi, tapi penyesuaian kas berdasarkan kebutuhan spiritual bangsa yang belum klop.”
Rakyat Jelata Nomor 301: “Kami ingin keadilan, tapi faktanya harus antre di SPBU moral secara berlama-lama pula.”
Wejangan Korupsinikus: “Kami Korup Demi Kamu”
“Rubi, dengar baik-baik,” ujar Korupsinikus dengan nada ustaz di majelis absurd hasil ‘kencleng’ anggaran.
“Dulu aku pikir korupsi itu penyakit. Sekarang aku sadar, itu bagian dari sistem imun negeri. Tanpa korupsi, pejabat bisa stres kehilangan tujuan hidup.”
Rubi mendengus, “Dan rakyat kehilangan segalanya!”
Korupsinikus tersenyum getir.
“Tenang saja. Rakyat akan diberi pengganti: upacara syukur nasional dan baliho besar bertuliskan ‘Bersih Itu Relatif’ dan ‘Kotor Itu Belum Tentu’.”
Epilog di Pom Bensin Etika
Menjelang malam, lampu-lampu minyak padam satu per satu.
Bukan karena kehabisan minyak, tapi karena tagihan moral sudah jatuh tempo.
Rubi menatap langit, berharap hujan turun. Tapi yang turun hanya laporan audit.
“Apakah semua ini akan berubah?” tanya Rubi pelan namun menusuk.
Korupsinikus menatap kosong lalu menjawab,
“Tentu. Akan berubah… jadi lebih rapi dan makin sukar diendus.”
Ia berdiri, meninggalkan warkop dengan langkah ringan, aroma solar tercium sengak, dan tawa getir yang melirih makin sayup terdengar —
tawa dari seseorang yang tahu bahwa neraka tak perlu dibangun lagi, karena sudah diresmikan dalam bentuk proyek kilang yang tampak gilang-gemilang hanya dari luar. (Selesai).
Esai satire ini adalah refleksi absurd atas dugaan kasus korupsi minyak mentah Pertamina (2018–2023) yang tengah disidik Kejaksaan Agung RI.
Kerugian negara ditaksir mencapai Rp968,5 triliun — jumlah yang, jika digunakan untuk pembangunan publik, bisa mengubah wajah negeri.
Namun di Negeri Konoha Raya versi Korupsinikus, angka itu justru menjadi bahan bakar kebohongan nasional yang menggila, serta susah siuman!
BACA JUGA: Korupsinikus dan Rasuah Minyak Rp 968,5 Triliun – Serpihan Dialog Neraka Minyak Negeri Konoha Raya

