Esai Satire: Harri Safiari (serial “Mutiara Kata ala Korupsinikus”) #4
ALGIVON.ID — Angin politik berembus di Negeri Konoha Raya (NKR). Spanduk tersenyum lebar, baliho penuh janji, dan suara pengeras dari mobil pick-up kampanye kembali mengudara. Di tengah gegap gempita itu, muncul lagi sosok legendaris — Korupsinikus, kini bergaya seperti konsultan politik spiritual.
Ia hadir di acara “Sarasehan Nasional Calon Pemimpin Masa Depan” dengan tema yang sungguh menggugah iman:
“Korupsi Boleh Saja, Asal Rakyat Bahagia dan Ceria Selalu.”
Dalam pidato pembuka, Korupsinikus mengingatkan para calon wakil rakyat tentang makna sejati dari janji politik.
“Ingat, janji itu bukan untuk ditepati, tapi untuk diulang-ulang sampai orang lupa kapan pertama kali mendengarnya,” ujarnya bijak, disambut tepuk tangan meriah para peserta yang sedang menghitung donasi kampanye.
Di hadapan ratusan kandidat muda, Korupsinikus membagikan tiga prinsip sakral yang ia sebut “Trilogi Korupolitika”:
Janjilah dengan Penuh Keyakinan
“Semakin mustahil janjimu, semakin tampak visioner dirimu. Katakan saja ingin membangun jembatan di atas awan — nanti rakyat akan berdebat sendiri soal teknisnya, dan kamu terlihat sibuk memperjuangkannya.”
Tersenyumlah Saat Dituding
“Kalau ada yang menuduhmu korupsi, jangan marah. Senyum saja. Di negeri ini, senyum lebih kuat dari bukti dan tudingan.”
Jangan Pernah Lupa Rakyat (Saat Kampanye)
“Rakyat adalah sumber inspirasi. Ingatlah mereka setiap lima tahun sekali. Setelah itu, cukup kirimkan ucapan ‘terima kasih atas kepercayaannya’.”
Sesi diskusi pun berlangsung hangat. Seorang calon legislatif muda bertanya polos:
“Guru, bagaimana cara menghadapi wartawan yang terlalu kritis?”
Korupsinikus menjawab dengan gaya seorang negarawan tua:
“Ajaklah mereka makan siang. Bila tak bisa dibungkam dengan logika, bungkus saja dengan nasi kotak dan amplop isi sesuai kebutuhannya, hingga ia lupa bertanya.”
Suasana ruangan meledak oleh tawa yang lebih getir daripada lucu.
Menjelang penutupan, Korupsinikus menatap kamera, tersenyum penuh makna, lalu berkata pelan:
“Ingat, Nak… politik itu seperti penghapus dosa massal. Setelah menang, semua kesalahan masa lalu bisa disulap jadi ‘strategi perjuangan’. Maka, berjanji dan berjanji lagi — karena lupa adalah hak rakyat yang paling dijamin negara.”
Seketika ruangan sunyi. Hanya terdengar suara printer mencetak daftar donatur baru.
Korupsinikus pun menghilang dalam cahaya baliho raksasa, meninggalkan pesan abadi di dunia politik NKR:
“Ucapkanlah sering-sering sejumlah janji seolah mau menepatinya, dan rakyat akan mencintaimu meski tak pernah kau tepati.” (Selesai).
BACA JUGA: Korupsinikus Versi Digital: Tutorial Ngembat Online bagi Generasi Milenial

