Esai Satire: Harri Safiari (Serial Mutiara Kata ala Korupsinikus) #1
ALGIVON.ID — Lagi dan lagi muncul kisah tentang makhluk legendaris bernama Korupsinikus, yang oleh sebagian orang disangka jelmaan makhluk purba, padahal jelasnya nggak jelas juga?!
Kisahnya, Korupsinikus pernah hidup ratusan tahun silam sebelum akhirnya dikutuk menjadi batu — kutukan ini muncul karena ia melanggar sumpah: “Barang siapa bermain dengan uang haram, niscaya membatu bak Malin Kundang.”
Patung batu berusia ribuan tahun itu, konon, membatu tepat saat ia membuka amplop berisi uang haram ke-2005. Saat itu, ia masih menjadi pegawai di sebuah kota. Konon, patung tersebut sempat lama teronggok di sebuah museum geologi, berdampingan dengan fosil Pithecanthropus erectus alias “manusia Jawa” dari Sangiran, Jawa Tengah.
Menurut Rubi, seorang pegiat antikorupsi dan sahabat lama Korupsinikus di Negeri Konoha Raya (NKR), keberadaan patung itu cukup membuat bingung pihak museum.
“Daripada patung Korupsinikus dibiarkan di mana saja, lebih baik dititipkan saja di museum geologi,” ujar Rubi, yang kini sering tampil berdua dengan “roh” Korupsinikus dalam berbagai forum diskusi diNKR.
Pagi itu, Korupsinikus—yang entah bagaimana—“hidup kembali” sebagai pembicara utama dalam sebuah saresehan nasional bertema “Sedikit Korupsi, Amatlah Tanggung. Maka, Keruklah Sebanyak-banyaknya!”
Antusiasme peserta sungguh luar biasa. Jika tak dibatasi, jumlahnya bisa membeludak.
“Makanya, disetop mendadak malam itu. Awalnya 257 peserta daring, lalu dibuat juga sesi luring untuk warga di seluruh negeri, termasuk diaspora di mancanegara,” ujar Duitiana Dewita (25), salah satu panitia, sambil buru-buru menyelipkan amplop coklat misterius ke dalam tasnya.
Menurut bocoran yang sengaja disebar, Korupsinikus menyampaikan pidato yang disebut-sebut paling “inspiratif” bagi para calon koruptor muda:
“Korupsi itu tergantung niatnya. Kuatkanlah niat sejak awal, yakinkan bahwa perbuatan yang seakan mulia ini dilakukan demi kemaslahatan yang terselubung rapat. Pelajarilah keterselubungan ini secara intensif dan akurat agar hasilnya sesuai—bahkan melebihi target. Dan,jangan setengah-setengah!”
Ucapan itu disambut tepuk tangan meriah, baik dari peserta luring maupun daring.
Dalam sesi tanya jawab, pertanyaan pun mengalir deras.
Salah satu peserta bertanya polos,
“Bagaimana cara agar aparat penegak hukum bisa 100% dikelabui, sehingga korupsi bisa berjalan mulus dan para korban malah merasa dininabobokan?”
Korupsinikus, dengan daya retorika memukau, menjawab panjang lebar. Ia mengulas taktik korupsi terkini, lengkap dengan “tips digitalisasi penyelewengan” masa kini.
“Aku baru kali ini menemukan teknik korupsi paling canggih bagi generasi muda,” kata Deden Ubreg (35), peserta asal Cingconglea, dengan wajah tak kalah antusias.
Begitulah, di Negeri Konoha Raya.
Kisah Korupsinikus tak pernah benar-benar berakhir. Ia seakan menjadi cermin zaman—di mana yang membatu bukan lagi tubuh, melainkan nurani dan implik-impliknya! (Selesai).
BACA JUGA:Tualang Korupsinikus di Negeri Konoha Raya – Deforestasi Hutan Lap Gelap

