Sen. Nov 3rd, 2025

Film Dokumenter ‘Koesroyo: Last Man Standing’, Kisah Personel Terakhir Koes Ploes Bersaudara

ALGIVON.IDHaru air mata menyela mengiringi pemutaran Film Dokumenter Koesroyo: Last Man Standing’ di CGV 23 Bandung pada Sabtu (18/10/2025). Film ini mengisahkan Yok Koeswoyo salah satu personel grup musik legendaris Koes Ploes Bersaudara yang produktif berkarya selama lima dekade.

Dalam film yang disutradarai Linda Ochy ini, Yok Koeswoyo membagikan kisah hidupnya yang selama ini jarang diceritakan. Film ini belum tayang umum di Bioskop dalam negeri terkait durasi menit tayang, namun sudah diputar dibeberapa bioskop luar negeri.

“Film Dokumenter ini saya produksi sebagai persembahan saya buat orang tua saya. Ini saya persembahkan bagi masyarakat tentang kisah orang tua saya sebagai personal terakhir yang masih hidup dari Band Koes Ploes Bersaudara yang masih Ada (hidup)”, terang Sari Koeswoyo anak Yok Koeswoyo sebelum pemutaran film.

Berdurasi 61 menit, film ini berkisah tentang kehidupan berkeluarga, makna di balik lagu-lagu, hingga karir musik Koes Plus Bersaudara yang menandai berbagai momen penting musik Indonesia.

“Nama asli saya Koesroyo, artinya dari kata Kusuma (nama bunga) dan Raya. Jadi artinya Bunga Raya,” jelas Yok Koeswoyo membuka film.

Dalam salah satu adegan paling menyentuh, Yok duduk sendiri di studio lamanya, memandangi gitar tuanya yang sudah kusam. Ia berkata lirih, “Semua saudara saya sudah tidak ada. Tapi musik ini tetap hidup.”

Kalimat itu merangkum esensi film ini: Yok bukan hanya the last man standing, tapi juga the last storyteller dari sebuah babak emas musik Indonesia.

INSTGRAM ‘Koesroyo: Last Man Standing’ 

Intelejen Negara

Dalam film ini Yok bercerita bagaimana ia dan saudaranya ditangkap dipenjara oleh pemerintah Orde Lama serta menjadi petugas intelejen negara.

Selanjutnya, dalam film ini turut berbagi cerita kerabat Yok Koeswoyo, pemusik musik, sahabat, antara lain: Michelle Koeswoyo, David Tarian, Hilmar Farid, Ais Suhana, Dewa Indra, dan para fans.

Sutradara dengan cermat meramu arsip lawas, wawancara emosional dengan keluarga seperti Sari dan Michelle Koeswoyo, serta komentar tajam dari pengamat musik seperti David Tarigan dan budayawan Hilmar Farid. Semua elemen ini menjadikan dokumenter ini sebagai perayaan hidup, bukan sekadar pelaporan sejarah.

Bandung merupakan kota ke-4 dalam rangka road show Perayaan ‘Koesroyo: Last Man Standing’. Sebelum sudah diputar di Jakarta, Solo, dan Yogya.

 

Para Tim produksi Film : Koesroyo: Last Man Standing’ Bermotor bersama dengan penonton Netra di CGV 23 Bandung, Sabtu (18)10/2015). Foto Dok. Tim Film

Teman Bisik Penonton Netra

Selain pemutaran film ini menghadirkan juga konsep inklusif dengan teman bisik yang siap menemani penonton Netra, sehingga semua pihak bisa menikmati kisah ‘Koesroyo: Last Man Standing’ dengan nyaman. Hadir Kali ini puluhan penonton Netra yang datang bersama beberapa undangan Khusus.

Riuh tepuk tangan menutup rasa haru penonton film ini yang turut didukung oleh Voluntrip Kita Bisa, Kita Bisa Experience, Dan Buah Tangan Kanan. (RD)

BACA JUGAJenama EIGER Bicara Lingkungan Pesisir Lewat Film “Mantra Pantura”

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *