Sen. Nov 3rd, 2025

Kata Korupsinikus, Ijazah Palsu itu Asli!

Oleh: Harri Safiari

“Di negeri yang terlalu waras untuk jujur, kadang hanya kegilaan yang mampu menjelaskan kebenaran.”

— Catatan Pinggir Korupsinikus

ALGIVON.IDDi Negeri Konoha Raya, ijazah bukan lagi tanda ilmu, tapi simbol prestise palsu yang bisa dibeli di pinggir jalan atau di dalam gedung DPRD. Semua orang tahu itu, tapi pura-pura tidak tahu, karena kejujuran di negeri itu sudah menjadi kelainan sosial.

Korupsinikus —makhluk separuh manusia separuh amplop— muncul lagi di tengah hiruk pikuk kabar tentang pejabat yang ijazahnya diragukan. Dengan senyum selebar lubang kas negara yang begitu menganga siap melahap korban, ia berkoar di televisi:

“Tenang saja, rakyatku tercinta! Di negeri kita, ijazah palsu itu asli, karena yang palsu justru yang menuduh!”

Warga pun manggut-manggut, sebab di negeri itu kebenaran ditentukan oleh siapa yang memegang mikrofon dan kuasa, bukan oleh isi kepala.

Para pejabat berebut tampil di depan kamera, menunjukkan ijazah mereka yang berwarna-warni, lengkap dengan tanda tangan rektor yang sudah almarhum.

Ada yang bangga berkata:

“Saya kuliah daring lintas dimensi, profesor pembimbing saya makhluk astral dari universitas antah berantah!”

Dan rakyat bersorak kagum, sebab gelar makin panjang berarti semakin layak dipercaya untuk berbohong.

Kementerian Pendidikan pun tak mau kalah: mereka segera meluncurkan program baru bernama “Sertifikasi Keaslian Palsu”, agar ijazah palsu bisa diakui secara legal.

“Daripada ribut, lebih baik dilegalkan,” ujar pejabatnya. “Ini solusi cerdas, bukan culas!”

Sejak itu, papan nama kantor-kantor mulai berubah.

“Universitas Kejujuran” berganti menjadi “Institut Kepalsuan Nasional.” (Akreditasi A+)

“Sekolah Tinggi Moral” berubah menjadi “Akademi Adaptasi Etik Ndasmu.” (Akreditasi A++)

Dan Korupsinikus diangkat menjadi Rektor Kehormatan, dengan gelar:

Prof. Dr. H.C. (Harus Curang) Korupsinikus, M.Pd (Main Pura-pura Dungu).

Kini, siapa pun bisa jadi sarjana, asalkan punya amplop dan senyum yang manis di depan kamera.

Sementara rakyat? Mereka tetap bangga, karena di negeri itu, kepalsuan sudah menjadi kebudayaan — dan kejujuran hanyalah mata pelajaran pilihan yang tak pernah diajarkan.Malahan ada gosip yang cukup santer – kejujuran akan dibasmi sampai ke akar-akarnya!

Cukup Verifikasi saja 

Bertahun-tahun kemudian, para sejarawan di Konoha Raya mencoba menulis ulang sejarah pendidikan. Tapi mereka kebingungan, sebab hampir semua penulis sejarah ternyata lulusan universitas yang sama—yang ijazahnya dulu dipertanyakan.

Korupsinikus tertawa dari balik layar hologramnya, yang kini menjelma menjadi ikon nasional.

Ia berkata pelan, penuh keyakinan:

“Selama rakyat masih bangga dengan kebohongan, ijazah palsu akan tetap tampak asli.”

Dan layar televisi menutup dengan slogan nasional baru:

“Keaslian hanyalah persepsi, yang penting lulus verifikasi.” (Selesai)

BACA JUGA: Gabungan Pengusaha Sunda Desak Kepatuhan AD/ART dan PO KADIN dalam Proses Muprov KADIN Jabar

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *